4 Alasan Unik Mengapa Migrasi ke Linux?

4 Alasan Unik Mengapa Migrasi ke Linux?

Perkuliahan di semester tiga ini cukup membuat beban karena saya harus belajar menulis sesuai dengan kaedah - kaedah penulisan yang baik dan benar. Karena belajar menulis ini, saya kehilangan kemampuan untuk menulis sementara. Dahulu, saya bisa menulis satu artikel setiap dua pekan sekali tetapi satu bulan baru bisa. Begitu juga dengan tugas - tugas makalah di perkuliahan, saya awalnya bisa menulis makalah dalam semalam tetapi semester ini butuh beberapa malam dan satu pagi untuk menyelesaikan sebuah makalah.

Kali ini, saya akan membagikan beberapa alasan bermigrasi ke Linux. Alasan - alasan ini berdasarkan apa yang saya pahami dari pengalaman +/- 4 bulan memakai Linux. Alasan - alasan ini termasuk langka karena tidak akan pembaca dapatkan di blog - blog lain. Mungkin pembaca memiliki alasan lain dan saya harap bisa dibagikan di komen.

Open Source

Linux adalah sistem operasi yang bersifat open source sehingga membuat penggunanya bebas melakukan apa saja terhadap Linux. Sifat inilah yang menjadi pembeda utama antara Linux dengan Windows. Windows hanya dimiliki oleh Microsoft dan lisensinya tertutup. Dengan sifat open source, pengembangan Linux dapat dilakukan oleh siapa pun tanpa perlu ada izin dari pihak tertentu. Hal ini tentu membuat Linux memiliki banyak pengembang sehingga memiliki variasi yang sangat beragam. Karena sifat ini juga, tidak ada kata “pembajakan” di Linux. Linux bisa di-copy oleh siapa pun tanpa perlu khawatir terhadap hukum dan beban moral.

Ekosistem Luas

Linux memiliki beragam variasi yang bisa saya katakan tak terhitung jumlahnya. Debian dan Arch adalah contoh variasi Linux yang sangat terkenal. Debian memiliki sebuah variasi turunan yaitu Ubuntu. Dari Ubuntu lahir beberapa Linux; Lubuntu, Xubuntu, Puppy Linux, dan lain - lain. Arch juga memiliki variasi turunan, salah satunya Manjaro. Melihat dari dua dari ratusan variasi Linux, Debian dan Arch, yang telah memiliki turunan, bisa disimpulkan bahwa Linux memiliki ekosistem yang luas.

100% Milik Sendiri

Linux memberikan akses tanpa batas kepada pemakainya. Dalam artian pemakai dapat melakukan apa pun terhadap Linux yang ia gunakan (miliki). Pengguna bisa melakukan segala hal yang tidak dapat dilakukan pengguna Windows terhadap Windows-nya. Modifikasi, membajak, dan mengembangkan sendiri tanpa izin adalah hal yang tidak boleh dilakukan terhadap Windows karena alasan hak cipta. Secara singkat, membeli Windows berarti membeli jasa karena pengguna tidak memiliki produknya 100% tetapi membeli (menggunakan) Linux berarti membeli (menggunakan) produk untuk dimiliki sendiri 100%.

Linux untuk Keadilan Sosial

Keadilan sosial itu adalah cita - cita bangsa Indonesia walau sangat susah atau mustahil mencapainya. Keadilan sosial hanya bisa tercapai bila seluruh rakyat Indonesia memiliki kesempatan sukses dan kehidupan layak yang merata. Jika ada rakyat yang masih mengalami penderitaan dan kekurangan sosial maka ini bertentangan dengan keadilan sosial. Dalam prakteknya, keadilan sosial harus berada diantara dua kutub, yaitu foedalisme dan kapitalisme. Feodalisme adalah ketika negara menguasai kekayaan rakyat dan menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Kapitalisme adalah ketika para kapitalis menguasai kekayaan di sebuah negara dan sebagian besar rakyat hanya menguasai sedikit kekayaan.

Linux adalah solusi untuk tercapainya keadilan sosial bagi seluruh penggunanya. Setiap pengguna Linux memiliki kesempatan dan kepemilikan terhadap Linux yang sama tanpa terbedakan oleh kelas - kelas sosial. Setiap orang dapat menggunakan Linux tanpa beban biaya sedikit pun sehingga semua dapat menikmati. Para pengembang Linux tidak menjadikan produk mereka sebagai alat untuk menguasai kekayaan penggunanya karena Linux itu freeware dan open source. Mereka membiarkan pengguna produk merekan melakukan apa saja seperti apa yang mereka lakukan terhadap produk mereka sendiri.

Demikian artikel kali ini. Selamat mencoba Linux jika anda ingin!