Mengapa Hidup Tanpa Tulisan itu Menarik

Jika tulisan itu telah mengubah dunia, bagaimana zaman sebelum ada tulisan itu? | Pixnio

Ketika masih sekolah dasar (SD), kita tentu saja pernah mengetahui istilah zaman sejarah dan pra-sejarah. Menurut pelajaran SD, hal yang membedakan dari dua masa tersebut adalah tulisan. Zaman sejarah adalah zaman ketika sudah ditemukan tulisan-tulisan sementara itu, zaman pra-sejarah adalah zaman ketika belum ditemukan tulisan atau mungkin tidak ditemukan tulisan yang membahas masa itu

Mari kita fokuskan kepada tulisan-nya bukan pada zaman. Tidak semua peradaban pada zaman sejarah menggunakan tulisan atau menggunakan tulisan tetapi dengan konstentrasi yang berbeda.

HAFALAN LEBIH MANTAP

Orang zaman dahulu menghafal al-Qur'an tidak hanya lewat dari mushaf | PixelBay

Kita bisa melihat misalkan di masa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang Arab dikenal orang-orang yang tidak bisa menulis dan membaca. Meskipun begitu, mereka membaca al-Qur'an melalui ingatan mereka. Tidak heran jika menghafal al-Qur'an itu pada zaman dahulu dilakukan secara talaqqi dari guru, guru membacakan ke murid lalu murid mengulangi, dan seterusnya (bukan seperti zaman sekarang yang kebanyakan memakai mushaf).

Dan, mungkin saja hal ini tidak hanya terjadi di orang Arab saja, di peradaban lain juga. Ketika munculnya tulisan berbentuk buku, sebagian pemikir di Yunani Kuno memiliki pandangan negatif bahwa hal tersebut akan mengurangi kemampuan hafalan seseorang karena ketergantungan pada tulisan yang tentu saja tidak perlu untuk dimasukkan ke kepala.

LEBIH MEMPERHATIKAN KONTEKS

Ketika berbicara, anda juga memperhatikan si pembicara dan situasi di sekitar anda. | Pixabay

Meskipun tulisan itu mampu bertahan lebih lama, tulisan memiliki keterbatasan pada konteks. Tulisan dibuat sedemikian rupa agar tampak jelas dan lugas sehingga lebih terlepas dari konteks-konteks tertentu yang mungkin dianggap ambigu. Ya, ambigu tapi bukan berarti bahwa tidak dapat dipahami ketika dalam bentuk lisan dengan konteks dan lawan bicara yang tepat.

Jika kita berbicara, kita tidak hanya memikirkan apa yang akan kita sampaikan tetapi kita juga berpikir siapa lawan bicara kita. Misalkan, kita akan menggunakan bahasa yang berbeda ketika berbicara dengan teman daripada ketika berbicara dengan guru di sekolah.

Hal ini berbeda dengan ketika kita membaca buku yang berisi tulisan. Tulisan-tulisan di buku akan tampak lebih kaku dan tidak memperhatikan para pembacanya. Jika pun dirancang untuk pembaca tertentu, tulisan tentu saja akan pasif dalam membedakan para pembacanya.

HIDUP DALAM SEBUAH MASYARAKAT BERSAMA

Anda tidak dapat berbicara seorang diri | Wikimedia

Mari kita membayangkan sebuah kehidupan dimana semua orang tidak menulis dan hanya menggunakan lisan saja. Kita tidak pernah dapat berkomunikasi kecuali dengan berbicara. Ini adalah sebuah keadaan yang sangat menarik.

Orang tentu saja akan berusaha untuk dapat berbicara karena tidak ada alternatif untuk menulis. Dengan pembicaraan ini lah akan terbentuk sebuah hubungan antar masyarakat di alam nyata; bukan masyarakat online. Berbicara membutuhkan lawan berbicara secara langsung berbeda dengan tulisan sehinga untuk berbicara, anda akan mencari orang lain saat itu juga. Ketika kita saling membutuhkan, saat itu lah akan muncul kebersamaan.

KESIMPULAN

Kerbau tidak dapat membaca tapi tetap bisa hidup bahagia | Wikimedia

Sebagian kita mungkin saja memandang bahwa mereka yang tidak bisa menulis dan membaca adalah orang ber-ke-terbelakang-an tetapi jika kita mampu memperhatikan lebih dalam, mereka yang hidup tanpa tulisan mungkin saja memiliki pengalaman yang menarik. Mereka melihat dunia ini berbeda dari kita orang-orang melek huruf.

DISCLAIMER

Tulisan ini hanya lah sebuah opini, untuk kebenarannya, harus ditinjau lebih lanjut lagi. Hanya saja, ini opini yang cukup menarik dan bisa dijadikan sebagai ide untuk penelitian masa depan.

*) Tulisan ini diedit isinya pada 6 April 2020


This document has been edited with the free version of the instant HTML editor.