Puisi-Puisi yang Berpengaruh dalam Hidup Saya

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Salah satu yang menjadi alasan kuat perlunya kesusasteraan adalah pelajaran kehidupan. Sebuah karya sastra berisi berbagai pelajaran-pelajaran kehidupan yang berharga. Tidak heran, jika banyak sekali dongeng-dongeng rakyat yang seringkali diceritakan kepada anak-anak untuk memberikan nilai-nilai moral yang penuh dengan kebaikan.

Sebagai seorang mahasiswa di jurusan Sastra Inggris, saya membaca dan mengambil pelajaran dari banyak karya-karya sastra terutama puisi. Berbeda dari karya-karya sastra berbentuk prosa atau drama, puisi yang secara umum lebih pendek lebih mudah untuk dibaca ulang dan direnungi sehingga maknanya dapat digali dengan lebih mendalam.

Berikut adalah beberapa puisi yang sangat mengubah hidup saya.

Aku (Chairil Anwar)

Puisi ini berisi kan sebuah semangat untuk berubah dan menjadi diri sendiri. Bait paling favorit saya adalah "Aku binatang jalang dari kumpulannya terbuang". Bait ini berisi tentang bahwa kesendirian bukan lah hal yang sepenuhnya buruk. Kesendirian adalah salah satu bentuk perjuangan hidup.

Saya sering sekali tanpa tidak sadar mau pun sadar banyak meniru puisi ini dalam puisi-puisi saya. Hanya saja, saya pribadi lebih suka untuk mengungkapkan dengan pemandangan seperti Robert Frost.

The Road Not Taken (Robert Frost)

The Road Not Taken dalam bahasa Indonesia adalah Jalan yang Tak Ditempuh. Penyair Amerika Serikat yang satu ini adalah favorit saya. Bentuk tulisannya menurut saya unik karena ia tetap memakai rima berbeda dari penyair-penyair di masanya yang sudah mulai berani keluar dari pola konvensional. Justru dengan mempertahankan bentuk rima di akhir puisi, puisi-puisi Robert Frost justru tampil berbeda dan terlihat sangat profesional.

Puisinya The Road Not Taken adalah karyanya yang sangat berpengaruh di saya. Pertama, kandungan moralnya tentang penyesalan memilih jalan yang berbeda seringkali saya ulang-ulang di ingatan saya untuk menghibur diri. Kedua, seperti puisi-puisinya yang lain, Frost menggunakan sudut orang pertama yang menyikapi suatu pemandangan alam sebagai suatu perlambangan dari gagasan-gagasan tertentu.

Dreams (Langston Hughes)

Puisi ini berisi bahwa bagaimana pun yang terjadi, cita-cita itu tetap lah harus ada dan tidak boleh untuk merasa bahwa cita-cita kita itu mustahil. Kehidupan adalah bagaimana kita bisa lakukan untuk cita-cita. Cita-cita adalah tujuan hidup.

Oleh karena itu, dalam puisi ini, Hughes mengajak untuk tetap berpegang pada cita-cita yang merupakan inti dari kehidupan apa pun yang terjadi. Meskipun kita tidak lagi memiliki apa pun, kita tetap harus bertahan untuk terus bermimpi.

Seringkali, kita merasa untuk menyerah karena sesuatu terlalu susah. Kita tidak boleh untuk patah cita-cita. Tetap jalani atau pun jika kita tidak lagi menjalaninya, kita tetap memegang itu cita-cita karena itu adalah kehidupan.

I carry your heart with me (E.E. Cummings)

I carry your heart with me dalam bahasa Indonesia adalah Aku membawa hatimu denganku. Pada awalnya, saya tidak tertarik dengan puisi-puisi berbau asmara tetapi setelah memahami dan membaca puisi ini, saya menjadi tertarik. Puisi ini membuat saya mampu melepaskan keterkaitan antara percintaan atau romansa dengan hubungan pasangan.

Dalam puisi I carry your heart with me ini, Cummings membuat sesuatu yang ambigu terkait siapa itu you. Ia bisa jadi adalah sosok perempuan yang sangat dia cintai sehingga dikatakan bahwa ia selalu bersamanya dalam segala waktu dan tempat. Tetapi, bisa jadi, ia adalah dirinya sendiri. Karena saya bukan orang Sufi dan tidak percaya orang dapat bersatu dengan orang lain, tentu saja saya memilih memaknai yang kedua bahwa you adalah diri Cummings sendiri.

V Gornitse (Nikolay Rubstov)

V Gornitse dalam bahasa Indonesia adalah Di Kamar Atas. Isi puisi ini sangat sederhana sekali, yaitu tentang anak kecil bercerita tentang kamar atas di rumahnya dengan pemandangan yang dia lihat, ibunya, dan tentang keinginan sederhananya namun dengan semangatnya.

Puisi ini menginspirasi saya untuk menjadi orang yang bekerja keras dan terus berpikir seperti anak-anak. Menjadi dewasa memang menarik, tetapi keindahan masa kanak-kanak adalah hal yang penuh kebahagiaan, semangat, dan cita-cita.

Selain itu, puisi ini menginspirasi saya untuk tidak membuat puisi berbau politik atau perang pemikiran. Puisi yang indah adalah puisi yang melepaskan pembacanya dari unsur-unsur yang memberatkan pikiran seperti isu rasisme, feminisme, dan lain-lain. Puisi adalah hiburan dan sudah seharusnya mampu membuat orang bahagia seperti seorang anak-anak yang gembira dengan pikirannya yang sederhana dan penuh cita-cita.

I Am (John Clare)

John Clare adalah salah satu penyair yang tidak sukses secara ekonomi. Ia pernah sukses dan cukup kaya tetapi kemudian dia jatuh miskin dan bahkan hingga dimasukkan ke asylum atau kurang lebih rumah sakit jiwa.

Puisi I Am ini adalah puisi Clare yang berisikan kesedihannya setelah jatuh miskin dan ditinggal oleh kawan dan keluarganya. Dalam kesedihannya tersebut, ia masih berharap sebuah kebahagiaan yang dia gambarkan sebagai masa kanak-kanak yang hidup seperti tanpa beban.

Puisi ini memperkanalkan saya pada penggambaran kebahagian dengan masa kanak-kanak. Meskipun banyak puisi seperti ini, Clare adalah yang pertama memperkenalkan kepada saya. Melalui puisi ini dan V Gornitse, saya seringkali menegaskan dalam diri saya bahwa saya tidak akan pernah dewasa dan terus seperti anak-anak.

Ya vas Lyubil (Alexander Pushkin)

Ya vas Lyubil dalam bahasa Indonesia adalah Aku Dulu Mencintaimu. Puisi ini berisi tentang seseorang yang memendam cinta kepada seorang wanita. Ia tidak dapat memiliki wanita itu tetapi rasa cintanya tetap ada dalam hatinya dan berharap yang terbaik untuk wanita itu.

Banyak sekali orang memiliki ambisi tinggi untuk memiliki sesuatu tetapi hal ternyata keberhasilan bukan lah suatu keharusan. Tidak semua keinginan itu harus untuk dicapai tetapi ada sebagian keinginan itu adalah sebuah semangat yang dibawa di dalam hati dan itu digunakan untuk memberi semangat hidup meskipun sama sekali tidak dapat diraih.

Awalnya, saya mendapat inspirasi dari sebuah novel Spanyol berjudul Alchemist. Pada suatu adegan dalam novel, seseorang memutuskan untuk tidak menggapai cita-citanya dan memilih untuk menyimpannya dan menjadikannya sebagai semangat untuk terus bekerja keras. Ternyata, puisi ini juga memiliki pesan yang sama.

A Psalm of Life (Henry Longfellow)

A Psalm of Life dalam bahasa Indonesia adalah Ayat Kehidupan. Puisi ini adalah puisi berisi tentang bersikap positif. Saya tidak setuju dengan sebagian isi yang terlalu positif tetapi pada beberapa bait, puisi ini sangat lah menarik.

Bait paling menarik adalah be a hero in the strive (jadilah pahlawan dalam perjuangan) dan we can make our lives sublime (kita bisa membuat hidup kita luar biasa). Maksudnya adalah jangan hanya menjadi orang biasa-biasa saja yang hanya bisa mengikuti tetapi jadi lah pahlawan yang dengannya anda menjadi inspirasi dan membuat hidupmu menjadi luar biasa.

Akhir kata

Sebenarnya masih ada beberapa puisi seperti to be or not to be tetapi dari semua puisi yang pernah saya baca, kurang lebih hanya ini lah yang membuat saya sangat terinspirasi dan sampai sekarang, puisi-puisi ini saya bawa dalam hati saya sebagai inspirasi dan semangat hidup.